Jumat, 19 Februari 2010

METODOLOGI PEMBELAJARAN PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH.

Metodologi pembelajaran pada Pondok Pesantren Salafiyah diataranya adalah :
a. Sorogan
b. Watonan atau bendungan
c. Halaqoh
d. Hafalan atau tahfizh
e. Hiwar atau musyawarah
f. Bahtsul masa’il (Mudzakaroh)
g. Fathul Kutub
h. Muqoronah
i. Muhawarah / Muhadatsah

Metode-metode pembelajaran tersebut tentunya belum mawakili keseluruhan dari metode-metode pembelajaran yang ada di pondok pesantren, tetapi setidaknya paling banyak diterapkan dilembaga pendididkan tersebut. Berikut ini adalah gambaran singkat bagaimana bagaimana penerapan matode tersebut dalam sistem pembelajaran santri.
a. Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyudorkan, sebab setiap santri menyudorkan kitabnya dihadapan kyai atau pembantunya –asisten kyai. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai orang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab.
Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan,komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusai tingkat dasar (Ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah)yang segala sesuatunya perlu diberi atau dibekali.
b. Watonan atau bandungan
Waton/bandungan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bhs.Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu,sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya.
Dan metode bandungan ini cara penyampainnya dimana seorang guru, kyai, atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri, murid, atau siswa mendengarkan, memberi makna,dan menerima. Jadi guru berperan aktif sementaramurid bersifat pasif. Dan metode bandungan ini dapat bermanfaat ketika julah muridnya cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak.
c. Halaqoh
Metode Halaqoh, dikenal juga dengan istilah munazaharah system ini merupakan kelompok kelas dari system bandungan. Halaqoh yang berarti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu tempat. Sistem ini merupakandiskusi untuk memahami isi kitab , bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkanoleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oeh kitab.
Bila dipandang dari sudut pengembangan intelektual, menurut Muhammad yunus system ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin dan mampu serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk stadi ini. Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning, sedangkan guru bertindak sebagai “moderator”. Metode berdiskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar, sehingga akan tumbuh dan berkembang pemikiranpemikiran kritis, analitis, dan logis.
d. Hafalan atau tahfizh
Hafalan, metode yang diterapkan di pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk menghafalkan kitab-kitab tertentu, semisal Alfiyah ibnu Malik atau juga sering juga dipakai untuk menghafalkan Al-Qur’an, baik surat-surat pendek maupun secara keseluruhan. Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada murid-murid usia anak-anak, tingkat dasar,dan tingkat menengah. Pada usia diatas itu, metode hafalan sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk rumus-rumus dan kaidah-kaidah.
Dalam metode hafalan para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka aktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kyai atau ustadznya secara priodik atau insidental tergantung kepada petunjuk sebelumnya. Dengan demikian, titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi pembelajaran secara lancer dengan tanpa melihat atau membaca teks.
e. Hiwar atau musyawarah
Metode hiwar atau musyawarah,hamper sama dengan metode diskusi yang umum kita kenal selama ini. Bedanya metode hiwar ini dilaksanakan dalam rang pendalaman atau pengayaan materi yang sudah ada di santri. Yang menjadi ciri khas dari hiwar ini, santri dan guru biasanya terlibat dalam sebuah forum perdebatan untuk memecahkan masalah yang ada dalam kitab-kitab yang sedang di santri.
f. Bahtsul Masa’l (Mudzakaroh)
Metode Mudakarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il merupakan pertemuan ilmiah, yang membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. Metode ini tidak jauh beda dengan metode musyawarah. Hanya saja bedanya, pada metode mudzakarah persyaratannya adalah para kyai atau para santri tingkat tinggi.
g. Fathul Kutub
Metode Fathul Kutub biasanya dilaksanakan untuk santri-santri yang sudah senior yang akan menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren. Dan ini merupakan latihan membaca kitab (terutama kitab klasik), sebagai wahana menguji kemampuan mereka setelah mensantri.
h. Mukoronah
Metode mokoronah adalah sebuah metode yang terfokus pada kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi, paham, metode maupun perbandingan kitab. Metode ini akhirnya berkembang pada perbandingan ajaran-ajaran agama. Untuk perbandingan materi keagamaan yang biasanya berkembang di bangku Perguruan Tinggi Pondok Pesantren (Ma’had Ali) dikenal istilah Muqoronatul Adyan. Sedangkan perbandingan paham atau aliran dikenal dengan istilah Mukoronatul madzahib.(perbandingan mazhab).
i. Muhawarah atau Muhadatsah
Muhawarah adalah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab. Aktivitas ini biasanya diwajibkan oleh Pondok Pesantren kepada para santrinya selama mereka tinggal di Pondok Pesantren. Percakapan ini baik antra sesame santri atau santri dengan ustadznya, kyainya pada waktu-waktu tertentu. Kepada mereka diberi perbendaharaan kata-kata bahasa Arab atau Inggris untuk dihafalkan sedikit demi sedikit, setelah santri banyak menguasai kosa kata, kepada mereka diwajibkan untuk menggunakan dalam percakapan sehari-hari. Dan banyak juga di Pondok-Pondok Pesantren metode muhawarah ini yang tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam satu minggu atau dalam waktu-waktu tertentu saja.
Tujuan Dan Penggunaan Ilmu Pengetahuan dalam islam
1. Tujuan Ilmu Pengetahuan
Telah terjadi perdebatan panjang tantang tujuan ilmu pengetahuan. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan pokok bagi orang yang menemukannya, dan mereka ungkapkan hal ini dengan ungkapan “ilmu pengetahuan untuk ilmu pegetahuan”, sebagaimana mereka katakan “seni untuk seni” dan sastra untuk sastra” sementara yang lain berpendapat bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menembah kesenangan manusia dalam hidupnya di dunia ini. Sedangkan sebagian yang lain lagi cenderung menjadikannya sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan dan kemejuan bagi umaat manusia secara keseluruhan.
Al-Qur’an manjadikan ilmu pengetahuan bukan hanya untuk mencapai kebenaran dalam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini, melainkan lebih jauh dari itu adalah untuk mencapai keselamatan, ketenangan serta kebahagiaan hidup di balik kehidupan dunia yang fana ini, yaitu kehidupan di akhirat. Mereka hanya mengetahui yang nampak saja dari kehidupan manusia, sedangkan kehidupan akherat mereka lalaikan. (Q.S. Ar-Rum:6-7). Bukanlah akherat itu lebih baik daripada (yang) pertama (dunia) Q.S Ad-Duha : 3).
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa, mati bukanlah akhir dari sebuah kehidupan dan bukan pula merupakan akhir sebuah perputaran. Akan tetapi mati merupakan tahap perpindahan kealamlain yang tidak dapat diketahui dengan inderawi, sebab hal ini menyangkut masalah ghaib.
2. Penggunaan Ilmu Pengetahuan
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an disamping untuk menemukan kebenaran empirik sensual, empirik logis juga memberikan petunjuk kepada manusia untuk mencapai kebenaran yang hakiki.
Berpangkal dari kebenaran yang diperoleh ini, manusia akan berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sahari-hari. Dalam ilmu pengetahuan biasanya disebut dangan teknologi yang merupakan anak kandung dari ilmu pengetahuan baik dalam sekala kecil maupun dalam sekala besar dan mendasar.
Kembali pada Ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah penegasan bahwa, bahwa setiap aktivitas belajar dan juga penelitian harus disadari dengan nilai ketuhanan. Perintah membaca dengan menyadarkan pada nama Tuhan Yang Maha Mulia akan memberikan landasan yang kuat dalam setiap kegiatan baik saat ilmuan mengadakan penelitian untuk menemukan suatu kebenaran hingga menemukan hasil penemuannya.
Satu pernyataan yang menarik dari salah seorang ilmuan dibidang hubunagan internasional yaitu Marwah Daud Ibrahim adalah, ada tiga hal yang sepatutnya menjadi perhatian bagi ilmuwan yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal ini juga dalam penggunaannya. Pertama, Pengambangan ilmu pengetahuan mamarlukan kerendah hatian. Ilmu pengetahuan adalah Common heritage mankind (warisan bersama umat manusia). Tak satupun ilmu pengethuan atau teknologi yang dapat diklaim oleh suatu ras, bangsa atau agama sebagai miliknya atau hasil pikir kerjanya semata.
Kedua, Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan solidaritas. Berbicara tantang masa depan pada dasarnya berbicara tantang masa depan manusia yang ada di planet ini, dan pada dasarnya dunia ini semakin interdependence artinya saling ketergantungan satu sama lain misalnya kejadian di suatu negara mempunyai implikasi yang langsung pada bagian dunia yang lain.
Ketiga, Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kerja sama antara ilmuwan dan agamawan. Kini teknologi berkembang dengan sangat pesat terutama dangan ditemukannya teknologi transfortasi dan komunikasi serta rekayasa genetika.
6 Lihat misalnya, Yusuf al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991).


Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Islam adalah agarna yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya ayat-ayat al-Qur'an maupun Hadits Nabi Muhammad Saw. yang menyinggung mengenai tingginya kedudukan orang yang berilmu atau ilmu pengetahuan itu sendiri di dalam Islam. Beberapa ayat al-Qur'an yang sering dikutip berkaitan dengan itu di antaranya ialah:
Surat Az-Zumar/39 ayat 9 yang artinya "Adakah sama kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu ?"
Surat Al-Mujadalah/58 ayat 11 yang artinya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orangyang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Surat Ali Imran/3 ayat 36 yang artinya "janganlah kamu mengikuti apa-apa yang tentangnya kamu tidak punya pengetahuan"
Surat An-Nahl/16 ayat 125 yang artinya "Serulah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik."
Kata hikmah dalam surat An-Nahl di atas oleh para mufassir diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahwa ketika mengajak orang kepada kebenaran Islam, hendaknya kita menggunakan argumentasi, sebab Islam merupakan agama yang rasional, yang lahir dalam sejarah yang nyata dan empirik, dalam arti tidak diselimuti oleh kabut mitos maupun dongeng.
Selain ayat-ayat al-Qur'an yang dikutip di atas, dan tentu saja masih banyak ayat-ayat yang lain, sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan Nabi Muhammad sendiri semasa mengemban tugas menyampaikan ajaran Islam, sangat mencerminkan kedekatan dan penghargaan beliau kepada ilmu pengetahuan.6 Di antara ucapan atau Hadits Nabi yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan adalah:
Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi kaum Muslimin pria maupun wanita (Hadits riwayat Ibn Abd al-Barr).
Sebaik-baik sedekah adalah apabila seorang Muslim mempelajari ilmu, kemudian mengajarkannya pula kepada saudara-saudaranya sesama Muslim (Hadits riwayat Ibn Majah).
Keutamaan orang-orang yang berilmu di atas orang-orang yang beribadah adalah laksana bulan pada malam purnama di atas segala planet (Hadits riwayat Abu Na'am).
Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu (Hadits riwayat Bukhari).
Orang-orang yang berilmu adalah pewaris para Nabi (Hadits riwayat Al-Khatib).
Sebagaimana diketahui bahwa pada awal munculnya Islam hanya ada 17 orang suku Quraisy yang pandai baca tulis. Maka Nabi Muhammad Saw, menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk belajar membaca dan menulis, sebagai kunci ilmu pengetahuan. Tak terkecuali 'Aisyah, istrinya, pun belajar membaca dan menulis. Juga anak angkatnya Zaid ibn Tsabit disuruhnya belajar tulisan Ibrani dan Suryani. Budak-budak belian dan tawanan perang pun dibebaskan dengan syarat mereka sanggup mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang Muslim.7
Dalam perang Badar banyak penduduk Makkah yang jatuh ke dalam tawanan kaum Muslimin.Para tawanan itu telah diperintahkan oleh Rasulullah untuk mengajari baca-tulis kepada orang-orang Islam, sebagai penebus diri mereka. Semua itu menunjukkan perhatian Nabi Muhammad Saw., yang sangat tinggi kepada ilmu pengetahuan sebagai pelaksanaan dari perintah Allah SWT. Dalam suratThaha/20 ayat 114 dinyatakan bahwa Nabi Muhammad meskipun telah mencapai puncak segala puncak masih tetap diperintahkan selalu berdoa dan berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dari penjelasan di atas tampak bahwa Al-Qur'an tidak hanya menekankan pentingnya belajar, tapi juga pentingnya mengajar. Dalam surat al-'Ashr ditegaskan bahwa semua orang merugi kecuali yang melaksanakan empat hal, salah satunya ialah saling wasiat-mewasiati (ajar-mengajar) tentang al-haqq (kebenaran). Ilmu pengetahuan adalah kebenaran. Rugilah orang yang tidak mengajarkan kebenaran yang diketahuinya.8
Berbagai keterangan baik dari Al-Qur'an maupun Hadits Nabi berkenaan dengan pentingnya ilmu pengetahuan, menjadi semacam penopang bagi umat Islam untuk mengembangkan dan merintis ilmu-ilmu pengetahuan yang kelak menjadi sendi bangunan peradaban, baik yang muncul di dunia Islam (zaman Abbasiyah) maupun yang kelak dilanjutkan di dunia Barat. Berkaitan dengan ini, menarik pernyataan S.I. Poeradisastra bahwa, ilmu pengetahuan dan teknologi modern lahir dari kandungan Islam. Islamlah yang menemukan metoda ilmiah, yakni metoda empirik induktif dan percobaan yang menjadi kunci pembuka rahasia-rahasia alam semesta, yang menjadi perintis modernisasi Eropa dan Amerika.9

2 komentar: